Senin, 19 Maret 2012

Bahagia Untukmu

Namaku Adinda, anak kelas 3 SMA Bakti Bangsa. Aku sudah lama suka dengan seseorang kakak kelas yang bernama Ryan. Bagi semua anak perempuan di SMA Bakti Bangsa, Ryan sudah seperti pangeran. Ryan adalah seorang anak dari kepala sekolah, ia pun memiliki prestasi yang cemerlang, wajah yang tampan dan hati yang baik. Sedangkan aku, aku hanyalah seorang gadis yang tergila-gila kepadanya sama seperti gadis-gadis lainnya. Aku tidak punya apa pun yang bisa dibanggakan.

Sebagai gadis yang mencintainya, aku pun berusaha untuk mengenalnya dan berusaha menarik perhatiannya. Namun semua itu sirna ketika aku menderngar ia sudah memiliki kekasih. Kekasihnya seorang gadis manis anak SMA Sinar Bangsa namanya Lydia. Dibanding Lydia, aku tidak punya apa-apa. Lydia merupakan murid berprestasi dan memiliki wajah yang cantik.

Aku pun akhirnya menyerah karena aku tahu aku tak mungkin bisa bersamanya. Tidak seperti gadis-gadis lainnya, aku lebih mementingkan kebahagiannya dibanding kebahagianku sendiri. Aku pun berusaha untuk bahagia untuknya. Setelah aku sudah merelakannya bersama Lydia, suatu hari aku diberi tahu oleh Tina bahwa Ryan sedang mencariku. Katanya ia mau meminjam novel 'Cahaya Pagi' karya Lala Lucia yang ku miliki. Dengan masih tidak percaya, ku dekati Ryan yang sedang asik mendengarkan lagu dengan ipodnya.

"Kak Ryan, ada apa mencariku?" aku bertanya dengan bingung karena aku saja tidak yakin dia tahu namaku. "Kamu Adinda kan? Aku dengar kamu punya novel 'Cahaya Pagi' karya Lala Lucia, apakah benar?"Aku pun mengganggukan kepalaku. "Kalau begitu kakak boleh pinjam? Kakak ada lomba menulis dan lomba tersebut mengambil inspirasi dari novel-novel karya Lala Lucia, kebetulan aku suka sekali novel Cahaya Pagi tapi setelah aku cari di berbagai toko buku, novel tersebut kosong, kemudian adikku Tina tahu kamu punya novel itu." katanya seraya tersenyum ramah.

Aku masih setengah tidak percaya bahwa Tina adalah adiknya Ryan karena aku sama sekali tidak tahu latar belakangnya karena ia murid pindahan, walaupun dia temanku. "Booo booo boleh kak." kataku seraya tersenyum. Sejak saat itu kami pun dekat, ternyata kami punya banyak kesamaan seperti olahraga favorit dan sebagainya. Ryan pun makin sering bercerita dan bertukar pendapat denganku. Ketika aku sudah memiliki harapan untuk menjadi pacarnya, ia memperkenalkan Karissa sebagai pacarnya. Mungkin memang aku hanya ditakdirkan untuk menjadi sahabatnya, aku pun mulai mencoba untuk menerima dan bahagia untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar